Malam itu,
malam yang dingin
menusuk tulang. Bintang-bintang enggan
mengkerdipkan cahayanya. Bulanpun
bersembunyi di balik
awan tebal, malu
untuk menampakkan dirinya.
Sepertinya sebentar lagi
akan hujan.
Jam
menunjukkan pukul 06.30.
Seorang cewek cantik
berambut sebahu sedang
sibuk mengerjakan tugas
ditemani dengan teh hangat
di kamarnya yang
terang dan hangat.
Namanya Rere. Dia
anak yang pintar dan sekarang duduk di kelas
2 SMA. Dia
lagi nulis tugas di
laptop mungilnya bewarna
putih.
Tiba-tiba seorang
gadis mungil berambut
panjang , memasuki kamar
Rere sambil memeluk boneka
teddy bearnya yang besar.
Rere
memang benci sama
adik kandung satu-satunya
itu, karena sebenernya
dia hampir jadi
anak tunggal, namun
gagal setelah Abel
muncul. Dia anggap
setiap tingkah yang
dlakukan adiknya itu
aneh, cuman bisa
nyusahin orang.
Abel keluar
kamar dengan wajah
cemberut, sambil memeluk
bonekanya yang udah
lusuh. Dia duduk
termenung di ruang
tamu . Dia melamun, menunjuk-nunjuk rintik-rintik
air hujan yang
menempel di balik
jendela . Kepalanya ia
sandarkan di atas
kursi, dia terus melihat
keluar jendela menunggu
kedatangan ibunya. Dia merasa
sangat kesepian, terlebih
setelah ayahnya meninggal
karena sakit jantung.
Dulu sebelum ayahnya
meninggal. Ibunya selalu
ada untuk menemaninya
main boneka. Tapi
tidak lagi sekarang.
Kakaknya satu-satunya nggak
peduli sama dia.
Sibuk sekolah, tugas,
apalah itu. Pembantunya
pun cuman nemenin
Abel siang sampek
sore hari.
Citt.
. .Abel langsung meloncat
mendengar suara motor
ibunya datang.
“hallo
sayang, udah makan
belum? Ini mama
bawa ayam goreng,
ayoo makan dulu.
Panggil dong kak
Rere” sapa lembut
mama sambil memeluk
Abel.
“iaa ma,
Abel kangen sama
mama” kata Abel
lirih sambil mengucek
mata kirinya.
Abel, berlari
manuju kamar Rere.
Masih dengan kondisi
yang sama, Rere
duduk di meja
belajarnya sibuk di
depan laptop.
“kakak, ayo
makan. Mama udah
dateng”
“
kakak sibuk”
Abel terdiam tak
berani bertanya lagi.
Dia langsung mengerti , mendengar jawaban
2 kata kakaknya
tadi. Dia langsung
menutup pintu kamar
kemudian pergi dengan
wajah tak berdaya.
“ma, kak
lele sibuk” kata
Abel melapor mamanya.
“ya udah,
kita makan berdua
dulu ya sayang.
Nanti pasti kak
Rere juga bakalan
makan” kata mama
sambil menyiapkan piring
dan nasi buat
Abel.
Keesokan harinya,
masih seperti biasa.
Walaupun hari sabtu
tapi ibu Rere
masih tetap sibuk
bekerja. Rere yang
sedang libur menghabiskan
waktunya dengan bermain
gitar.
Kuyakin cinta
saling percaya, kuyakin
cinta tak salah.
Yakinkan
cinta selalu mengerti.
Ho. Wo..hu.uu
Sepenggalan
lagu yang dinyanyiin
Rere.
“kak Lele
sualanya bagus. Lagu
apa itu kak ? kok
hoo woo. Hu.u. kayak
seligala ” tanya Abel
dengan suara imutnya
“ haduh,
gacor deh ni
anak” jawab Rere
sinis.
“kak, bisa
lagunya ibu kita
Kaltini nggak?”
“nggak”
“balonku ada
lima?”
“enggak”
“naik keleta
api tut tu tut?”
“engggaaak”
“kalo
keong
lacun bisa kan
kak? Kan itu
lagi ngetlend di tv”
“hhuuhhhhh, ni
anak kecil ganggu
gue aja sih.
Pergi sana!” kata
Rere jengkel
“yeee, kalo
gitu sualanya jelek
banget. Suala kak Lele jeleekk.
Kak Lele jelek.
. week” Abel menjulurkan
lidahnya.
“stop calling
me like that!
Gue bukan hewan
sejenis ikan Lele,atau
ikan patil, koi.
Namaku Rere, bukan
Lele! . Bikin naik
darah aja.”
Abel langsung
pergi meninggalkan kakaknya,
kemudian dia menghampiri
pembantunya namanya mbak
minah dan mengajak
mbak minah bermain
Berbie.
Siang harinya, Rere
ingin duduk di
kursi sofa sambil
menikmati acara tv.
Sontak dia kaget
melihat jarum dan
kain-kain flanell berserakan
di sofa.
“ABEEELLLLLLLL!!!!!!!! Sini
kamu!!!!!!!” teriak Rere
marah
Abel tak mendengarkanya dan
terus duduk, bermain
boneka di teras
belakang. Rere dengan
nafas menggebu-gebu, menggepalkan
kedua tanganya menghampiri
Abel dengan kemarahan
yang meledak-ledak.
“ABEELL!! sini
kamu!” bentak Rere
sambil menarik adiknya
untuk berdiri .
“kamu ini
mau bunuh kakak?
Kalo main jarum
tu jangan sembarangan
naruh! Kamu mau
tanggung jawab kalo
kakak ketusuk? Kamu
ini adik, kok
isinya bikin orang
marah aja sih.
Gue ga pernah berharap lo
lahir! Jangan pernah
lagi ngajak ngomong
kakak! Benci sama
kamu Bel .
ingat itu!”
Bagaikan kesambar
petir menusuk hati
Abel, dia sontak
tak percaya akan
apa di ucapkan
kakak kandungnya itu.
Gadis kecil imut, tapi dia
sangat mengerti apa
yang di ucapkan
kakaknya. Abel, terdiam
menahan nafas matanya
yang bulat bening,
mulai berkaca-kaca. Hatinya
hancur tak berani
menatap kakaknya . Dia
memeluk mbak minah.
Abel manangis bagaikan
hujan deras yang
tak memiliki tanda
untuk mereda.
“sabar non
Rere, dek Abel
masih keci, tadi
dia nggak bermaksud
menyelakai. Ini salah
saya yang nggak
ngeberesin mainanya” ucap
mbak Minah yang
juga menangis dan
memeluk Abel dengan
erat.
“enggak bik,
Abel harus belajar
tanggung jawab biar
nggak manja!”
Rere langsung
pergi ke kamarnya
dan membanting pintu
kamarnya begitu keras.
Braaakkk!.
Suara
dentuman pintu itu
semakin menggertakan hati
Abel. Dia semakin
menangis.
Keesokan harinya
adalah Sweet seventeenya
Rere, bertepatan dengan
hari minggu. Dia
mengajak beberapa teman-temanya
makan di sebuah
café kecil. Ibunya
menberikan uang supaya
sekali-kali Rere bisa
merayakan ulang tahunya.
Jam menunjukkan pukul
11 siang. Waktu
itu hujan gerimis
dan udara di
luar sangatlah dingin,
namun itu tak
mengubah kehangatan suasana
dalam café itu.
Terpancar wajah bahagia
Rere, dia bersenda gurau,
bercanda dengan teman-temanya. Rere
Nampak cantik dalam
balutan gaun sederhana
bewarna pink muda ,
simple tapi indah
dan sangat cocok
di tubuhnya.
Namun, tiba-tiba
tawa Rere terhenti,
ketika ringtone sms.nya
berbunyi.
Nak, kamu
bisa pulang sekarang nggak?
Dek Abel
kecelakaan, sekarang di
rumah sakit husada
Received: today
(01:25 pm)
From : mama
Rere menelan
ludahnya, menundukkan kepala.
Shock! terbelalak tak
percaya. Rere terdiam
meratapi apa yang
telah dia lakukan
pada adik mungilnya
itu. Rere menangis
sambil menggenggam erat
Handphonenya. Sesegera mungkin
dia berlari meninggalkan
pestanya.
“maaf guys,
gue ada urusan
penting”
Temen-temenya
melongo melihat Rere
pergi dengan menangis.
Derasnya hujan
yang disertai dengan angin
kencang tak dihiraukan
Rere. Walaupun dia
merasakan dinginya siang
itu menembus merasuk
tulangnya, tapi dia
tetap mengemudikan motornya.
Melaju sangat kencang
dengan suasana
hati yang tak
karuan. Melawan arah angin
menuju rumah sakit
Husada.
Tiba dia
di kamar 105,
tempat adiknya dirawat.
Detak jantungnya berdegup
kencang, nafasnya ngos-ngosan,
dan badanya basah
kutup. Setelah dia
dapat mengendalikan nafasnya, dia
membuka pintu.
Bagaikan hati
yang terbelah pisau
belati, hatinya hancur
berkeping-keping melihat keadaan
adik mungilnya dibalut
beribu perban. Rere
berjalana pelan, pandanganya
tak lepas dari
seseorang yang terbaring
di tempat tidur
itu. Raga Rere
serasa tak kuat
lagi untuk berdiri.
Rere terjatuh, berlutut,
menangis, menyesali apa
yang telah dia
lakukan.
“non Rere,
dek Abel nggak papa kok.
Tenang ya. “
kata mbak minah
mencoba menenangkan Rere
yang masih shock
menangis hebat. Mbak
minah membantunya berdiri.
Mama berdiri di
samping Abel juga
dengan menangis.
Dengan seluruh
kuasa yang ada,
Rere mencoba berjalan
mendekati adiknya yang
terbaring.
“Dek abel
sayang, cepat sembuh
ya, maafin kakak
udah bentak -bentak kamu.
Kakak salah. Kakak
sayang banget sama Abel. Kakak
nyesel.” Kata Rere
menangis tersendu -sendu
“maafin
mama juga ya dek
Bel, Rere. Mama terlalu
sibuk kerja” kata
mama yang kemudian
memeluk Rere dengan
penuh kasih sayang.
Abel tersenyum ,
terlihat giginya yang
sebagian ompong.
“Abel
gakpapa kok mama,
kak Rere. Ma,
ambilin tas Abel
tadi dong”
Mama bergerak
mengambil tas yang
dibawa Abel ketika
dia kecelakaan tadi,
di dalam tas
ada kotak kecil
lucu dibungkus dengan
kertas bewarna kuning
spongebob.
“kak Rere
selamat ulang tahun
ya, maafin Abel
sering bikin kak
Rere marah” kata
abel yang dapat
mengucapkan nama Rere
dengan sempurna .
“Abel, kakak
saayaaanggg Abel” kata Rere memeluk
adik tercintanya, setelah membuka
isi kotak itu .
Ternyata ,
Abel memberikan kakaknya
gantungan kunci boneka
yang terbuat dari
kain flanell dan dia menjahitnya
sendiri, itu alasan
kenapa berserakan jarum
sofa. Dia bersepeda
membeli kertas kado
untuk kakaknya itu.
Namun sialnya, dia
tertabrak sepeda motor
di jalan depan
toko buku.
Sepulang dari
rumah sakit, Abel sembuh.
Suasanapun berubah setelah
kejadian itu. Tak
ada lagi Rere yang
jutek, tak ada
lagi Abel yang
kesepian. Dan mereka
akhirnya dapat hidup
akur menjadi keluarga
yang bahagia.
By: the
maiden
Tidak ada komentar:
Posting Komentar